Minggu, 03 Mei 2015

KRISTAL DAN SISTEM KRISTALNYA



Kristal

Kata kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri. Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal.
Bila ditinjau dan ditelaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai berikut :
a.    Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
1)      Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
2)      Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana.
3)      Terbentuknya oleh proses alam.
b.      Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang- bidangnya mengikuti hukum geometri :
1)      Jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
2)      Macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
3)      Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang  tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum di atas atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam  ada pada keadaan polikristalin, logam amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen juga sangat umum, contohnya adalah Intan, Silika dan Grafit. Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin.
Struktur kristal terdapat dalam bentuk-bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang kompleks. Secara umum biasanya struktur kristal yang sederhana dapat diwakilkan oleh kebanyakan bahan logam, sedangkan struktur yang kompleks biasanya diwakilkan oleh bahan-bahan polimer, keramik dan lain lain.  Bagian terkecil dari kristal disebut  sel satuan   (unit cells).  Satu kristal tentunya tersusun oleh sel-sel satuan tersebut, sehingga karena pola atom yang berulang-ulang tersusun dalam kristal sedemikian banyaknya. Untuk lebih mudahnya kisi-kisi kristal yang mewakilinya dibagi dalam sel satuan (unit cells) saja.
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang dialami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk. Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan kristal.
a.     Fase cair ke padat, kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
b.    Fase gas ke padat (sublimasi), kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunungapi dan membeku karena perubahan temperatur.
c.    Fase padat ke padat, proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.
(Anonim, 2015)
     Kristal memiliki sistem kristal yang terdiri dari 7 sistem kristal. Dasar penggolongan sistem kristal tersebut ada tiga hal yaitu :
a.    Jumlah sumbu kristal
b.    Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain
c.    Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal
Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah sebagai berikut.
a.    Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c dan juga memiliki sudut kristalografi  α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya (α , β dan γ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Sistem isometrik dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
1)    Tetaoidal
2)    Gyroida
3)    Diploida
4)    Hextetrahedral
5)    Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite, dan fluorite.

 *Sumber : bamseko.wordpress.com, 2015
Gambar 2.1.
Sistem isometrik
b.   Sistem Tetragonal
Sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Begitu juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Pada sistem tetragonal ini sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas yaitu :
1)    Piramid
2)    Bipiramid
3)    Bisfenoid
4)    Trapezohedral
5)    Ditetragonal Piramid
6)    Skalenohedral
7)    Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, dan scapolite.
                    *Sumber : bamseko.wordpress.com, 2015
Gambar 2.2.
Sistem tetragonal
c.    Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Sistem  ini dibagi menjadi 7 yaitu sebagai berikut :
1)   Hexagonal Piramid
2)   Hexagonal Bipramid
3)   Dihexagonal Piramid
4)   Dihexagonal Bipiramid
5)   Trigonal Bipiramid
6)   Ditrigonal Bipiramid
7)   Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, dan apatite.
  *Sumber : bamseko.wordpress.com, 2015
Gambar 2.3.
Sistem hexagonal
d.   Sistem Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Serta juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
1)    Trigonal piramid
2)    Trigonal Trapezohedral
3)    Ditrigonal Piramid
4)    Ditrigonal Skalenohedral
5)    Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah  tourmaline dan cinabar.
  *Sumber : bamseko.wordpress.com, 2015
Gambar 2.4.
Sistem trigonal
e.     Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚). Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
1)      Bisfenoid
2)      Piramid
3)      Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite, dan witherite.
  *Sumber : bamseko.wordpress.com, 2015
Gambar 2.5.
Sistem orthorhombik

f.     Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu (n) dan tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c, yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Serta juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Sistem monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
1)    Sfenoid
2)    Doma
3)    Prisma
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Monoklin ini adalah azurite,  malachite, colemanite, gypsum, dan epidot.
  *Sumber : bamseko.wordpress.com, 2015
Gambar 2.6.
Sistem monoklin
g.    Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c, yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Serta juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas yaitu :
1)    Pedial
2)    Pinakoidal
  *Sumber : bamseko.wordpress.com, 2015
Gambar 2.7.
                                                                               Sistem triklin







Anonim. 2015. Definisi Kristalografi. (http://www.Scribd.com/Definisi-Kristalografi). Diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 22.00 WITA
Anonim. 2015. Hexagonal. (http://www. bamseko.wordpress.com). Diakses pada tanggal 1 Maret 2015, pukul 09.45 WITA
Anonim. 2015. Isometrik. (http://www. bamseko.wordpress.com). Diakses pada tanggal 1 Maret 2015, pukul 09.40 WITA
Anonim. 2015. Monoklin. (http://www. bamseko.wordpress.com). Diakses pada tanggal 1 Maret 2015, pukul 10.05 WITA
Anonim. 2015. Orthorhombik. (http://www. bamseko.wordpress.com). Diakses pada tanggal 1 Maret 2015, pukul 10.00 WITA
Anonim. 2015. Praktikum Kristal dan Mineral. (http://www.Scribd.com/Praktikum-Kristal-dan-mineral). Diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 12.30 WITA
Anonim. 2015. Praktikum Kristalografi. (http://www.Scribd.com/Praktikum-Kristalografi). Diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 21.40 WITA
Anonim. 2015. Tertragonal. (http://www. bamseko.wordpress.com). Diakses pada tanggal 1 Maret 2015, pukul 09.55 WITA
Anonim. 2015. Trigonal. (http://www. bamseko.wordpress.com). Diakses pada tanggal 1 Maret 2015, pukul 09.50 WITA
Anonim. 2015. Triklin. (http://www. bamseko.wordpress.com). Diakses pada tanggal 1 Maret 2015, pukul 10.10 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar